Hari ini gue mendadak kangen nulis. Nulis soal hal receh yang sebelumnya rutin gue lakukan di blog. Tapi kadang suatu hari, gue cuma bisa memilih rebahan dan main game setelah kerja seharian. 

Beberapa hari belakangan, gue merasa semakin kehilangan banyak waktu. Semakin dikejar sama kenyataan, tuntutan hidup, tuntutan uang, tuntutan sukses, berkarier, menikah.

Yang bahkan pekerjaan gue sekarang saja, untuk perkara lembur nggak ada bayaran tambahan. Cuma bisa bersyukur masih dapat gaji bulanan, kadang keseringan ngeluh juga bikin stres, jadi memang harus balance untuk nggak selalu liat ke atas.

Ternyata benar ya, menjadi dewasa memang nggak menyenangkan at all. Gue lupa, masa kuliah itu benar-benar jadi momen terakhir gue untuk menikmati hidup tanpa beban. 

Meskipun waktu kuliah, seringnya ya mengeluh juga. Tapi gue kerap nggak sadar, ada rezeki lain yang nggak kalah pentingnya. Friends.

Banyak orang baik di sekitar gue. Berkah yang tak ternilai. Waktu kuliah gue bener-bener dikelilingin orang yang tulus, beberapa kali mungkin tanpa sadar gue nyakitin mereka. I will always regret those things, but deep down my heart, i love them all.

Huhu i miss them so much. 

Balik ke perkara uang, ternyata ribet ya kalau bermasalah dengan hal ini.

Gue terkadang berpikir, bisa nggak ya bebas finansial, tapi bukan ala Raditya Dika. Karena gue nggak berpikir akan bisa ke sana. 

Bebas finansial yang gue maksud, jika suatu saat gue dapet uang kaget dan bisa merasakan membeli sesuatu yang gue mau. A big thing that I always dream of, yang mungkin semua orang juga memimpikannya. 

Yes it is home.


Nggak muluk-muluk sih, ingin sekali punya rumah yang asri, tanamannya luas, dihuni juga sama kucing-kucing kesayangan. Momen itu selalu membawa gue flashback ke masa kecil.

Semakin gue dewasa, semakin gue sadar masih ada masalah dengan childhood gue yang belum terselesaikan. Meskipun sebenarnya sudah ikhlas dengan kepergian orangtua, tapi lagi-lagi secara nggak sadar ada saja hal yang membekas, yang kalau diinget bisa bikin nyesek seharian. 

Gue, si denial ini. Seringnya nggak mau ngomongin hal atau perkara yang bikin sedih ke temen terdekat, hanya karena nggak ingin mereka mengasihani gue. Tapi itu yang terjadi. Dari dulu gue nggak pengen merasa berbeda, tapi sudah dikasih takdir berbeda dari kebanyakan orang,

Yang harusnya gue terima sedari kecil, harusnya gue terima gue memang sudah kehilangan orangtua, harusnya gue bilang terima kasih sama Allah karena sudah bikin gue selalu kuat, dan Allah selalu nemenin gue di sepanjang perjalanan sampai hari ini. 

Sebagai penutup, gue hanya berharap semua impian gue semakin dekat, segera tercapai dan semua orang di sekeliling gue selalu diselimuti kebahagiaan.

Seperti lagu yang gue dengar sekarang, 


Sudah, sudahi malam yang duka. 

Dunia kan baik-baik saja.


-naf



Comments