Film dengan genre horror selalu berhasil memikat antusias publik. Belakangan ini, Sutradara ternama Joko Anwar mengeluarkan 2 film genre horror sekaligus yaitu Perempuan Tanah Jahanam, dan Ratu Ilmu Hitam. Kedua film tersebut berhasil mendatangkan 1 juta lebih penonton dalam waktu singkat. Selain itu, kedua film ini banyak menuai respon positif dari para penikmat film.
Ulasan-ulasan terkait kedua film tersebut banyak ditemukan di beragam kanal media sosial utamanya di Twitter. Tak sedikit, cuitan positif warganet yang memberikan rating lima pada kedua film horror yang berhasil menyajikan sisi lain dari horror Indonesia. Lalu, pernahkah kalian berpikir mengapa kebanyakan film horror lebih disukai dibanding genre lain? Meskipun nyatanya film horror termasuk dalam salah satu genre menantang.
Ulasan-ulasan terkait kedua film tersebut banyak ditemukan di beragam kanal media sosial utamanya di Twitter. Tak sedikit, cuitan positif warganet yang memberikan rating lima pada kedua film horror yang berhasil menyajikan sisi lain dari horror Indonesia. Lalu, pernahkah kalian berpikir mengapa kebanyakan film horror lebih disukai dibanding genre lain? Meskipun nyatanya film horror termasuk dalam salah satu genre menantang.
Dilansir dari laman WebMD,
Glenn Sparks, profesor komunikasi Purdue University mempelajari dampak film horor pada fisiologi orang yang menontonnya. Menurutnya, setelah menonton film horor, denyut jantung meningkat sebanyak 15 kali per menit, telapak
tangan berkeringat, suhu tubuh menurun, otot-otot
menegang, dan tekanan darah mulai meningkat. Respon ini kerap kali dirasakan saat kita sedang mengalami stres. Aliran darah ke bagian tubuh lain
selain jantung dan otot mungkin akan menurun, sehingga kita merasa merinding dan ketakutan saat menonton tayangan horror.
Menanggapi fenomena tersebut, kami bisa menarik kesimpulan mengapa akhirnya banyak yang tertarik untuk menonton film horror.
Menanggapi fenomena tersebut, kami bisa menarik kesimpulan mengapa akhirnya banyak yang tertarik untuk menonton film horror.
1. Ketakutan yang Menyenangkan
Hal ini disampaikan oleh seorang
Sosiolog bernama Margee Kerr, bahwa orang yang telah mengalamI pengalaman 'fun scary' atau sebuah pengalaman yang
tidak benar-benar menimbulkan rasa takut yang sesungguhnya - telah mengalami
konsep dalam diri yang membingkai aktivitas tertentu dalam cara yang
menyenangkan. Kecanduan tersebut
tidak hanya dirasakan satu dua orang, tetapi masyarakat dunia dalam jumlah
masif.
2. Perasaan Ingin Mengontrol Emosi
Penjelasan lain
mungkin bisa dijelaskan oleh Psikolog bernama Svien Age Kjos Johnsen yang
mengatakan bahwa menonton film horor bisa mengaktifkan sebuah perasaan dalam
diri seseorang yang biasa disebut 'Pengaturan Emosi' (Emotional Regulation). Dengan menyaksikan sebuah film horor, seseorang
bisa memiliki sense atau perasaan
untuk mengontrol situasi di sekitarnya, atau mengalami pengalaman tersebut, dan
menguasai atau mengalahkan perasaan takutnya sendiri. Bisa jadi melihat film
horor adalah sebuah opsi bagi seseorang untuk mendistraksinya dari perasaan
lain yang ingin dihindari.
2. Adrenalin yang Meningkat
Apa hubungannya dengan andrenalin yang meningkat? Jawabannya adalah kecanduan alias adiksi. Adrenalin yang dilepaskan
merupakan sebuah respon atas ketakutan akan ancaman yang kita rasakan - dan
sensasi inilah yang melegakan namun juga ingin dirasakan kembali. Alhasil,
orang merasa bahwa menonton film horor tersebut adalah jenis hiburan yang
menyenangkan bagi mereka. Kembali pada statement
bahwa ada sensasi tersendiri yang mereka rasakan sehingga mendorong seseorang
untuk kembali mengulang pengalaman menonton film horor - maupun melakukan
aktivitas yang sekiranya memberikan dampak serupa.
Ketiga point di atas cenderung menggambarkan sifat afektif saat menonton film horror, yang akhirnya membuat kita kecanduan untuk merasakan efek-efek saat sedang menonton horror. Namun, jika beberapa dari kalian mengalami efek yang berlebihan saat menonton horror, sebaiknya perlu untuk membatasi diri karena khawatir menimbulkan gejala mental illness yang mudah terserang pada generasi sekarang.
Comments
Post a Comment