Hi Bloggers!

Its been a while since my last post about Suzanna. I dont even understand why I have to write about it, pretty weird. But...... menyoal update kehidupan di umur 25 tahun, aku merasa perlu ada strength line sebagai tanda diriku tak lagi muda. Apa-apa saja yang udah tercapai dan begitu-begitu saja.

Mungkin dimulai dari persepsi marriage dulu kali ya.

Maybe, a few years ago, aku nggak pernah memikirkan pernikahan menjadi suatu hal atau impian besar di usia dewasa. Nggak pernah merasa ingin punya wedding experience seperti di series princess disney, meskipun when I was child, tontonan dan buku yang didemenin honestly everything about fairy tale, termasuk princess of course, LOL. 

Tanpa disadari, persepsi ini datengnya dari mamah. Di usiaku yang mungkin 14 tahun aja belum ya, my Mom is already shares many thoughts about life, satu yang paling membekas dan selalu teringat.. "Kalau sudah nikah pun, harus tetap kerja, harus mandiri," begitu katanya.

Gue jadi sangat amat punya persepsi kalau wanita itu harus punya jenjang karier yang bagus. Even though when you are gettin married. Tapi, sayangnya... when I finally get my job, i can't share how much those thoughts affect me this far, to my Mom, because she is already passed away. 

Ancur? Ada banget beberapa momen di mana cuma bisa ngabisin duit buat ngelepas stres. Jujur itu salah banget sih, salah total. Karena memang bukan itu jalan keluarnya.

Semakin dewasa, gue merasa semakin ga punya siapa-siapa, selain Tuhan. Gue cuma bisa nangis kalau inget mereka, (karena papah juga sudah menyusul ke Surga).

Setiap balik ke rumah, gue merasa ya itu bukan rumah. Nenek gue masih ada, tapi setiap gue balik, yang ditanyain selalu kapan nikah.. Nggak ada rasa bangga gue udah kerja, setiap melihat gue, nenek seperti melihat cucunya yang tak kunjung sukses kali ya, haha because i have no idea the definition of success from her. 

Gue sampe suka males banget pulang karena bener-bener udah capek, kaya nggak tahu lagi mesti ngapain. Disinggung-singgung soal perkara nikah yang mungkin menurut dia gampang, mungkin menurut dia gue banyak duit. 

Beli rumah, nikah, sesegera mungkin. I wish i can but not yet. Perjalananku belum sampai sana, i admit that I was nothing, dibanding semua keluargaku. Memang, mungkin aku yang hidupnya paling sedih. 

Mungkin aku yang hidupnya paling terbelakang. Day by day is just stressed me out. 

Entah kenapa.. gue juga langsung males lanjut nulis karena gue tahu air mata ini nggak akan berhenti. Mungkin sampai di sini dulu kali ya. Will delete soon.

Comments